Butta salewangang merupakan sebuah kata yang identik dengan kabupaten maros di sulawesi selatan. Arti kata butta salewangang berasal dari sejarah massa lalu. Andai kata tidak ada sejara, maka tidak akan ada kabupaten maros, maupun julukan butta salewangang. Sejarah telah banyak mengubah masa depan. Bagi orang-orang yang mencintai budaya, belajar sejarah itu adalah hal yang sangat menarik. Yang jadi permasalahan adalah jika fakta tentang sejarah yang rusak dan disalah artikan.
Hal yang menarik untuk ditelusuri mengenai sejarah mengenai asal mula sebuah tempat, sebuah nama, maupun sebuah tradisi. Sebut saja di sulawesi selatan terdapat beberapa daerah yang memiliki nama-nama tertentu. Contohnya kota makassar (anging mamiri). Kabupaten maros (butta salewangang), engrekang (bumi massenrenpulo) dan lain-lain.
Walaupun saya buka ahli sejarah saya pun tertarik untuk menelusuri asal-muaasal kata tersebut. Ternyata informasi yang saya dapatkan dari internet ternyata sangatlah minim. Contohnya saja saya mencari arti kata butta salewangang ternyata di internet hanya menghasilkan beberapa hasil pencarian. Yang yang lebih parahnya lagi, trnyata terdapat beberapa versi mengenai arti kata butta salewangang tidak ada referensi dari situs terpercaya megenai arti kata butta salewangang. Ini merupakan hal yang sangat berbahaya bagi kehidupan budaya masa depan di Indonesia dimana sejarah bisa saja menjadi punah termakan waktu.
Berikut ini beberapa perbedaan versi mengenai Arti kata butta salewangang yang dikutip dari beberapa sumber:
Istilah butta salewangang memang mulai disebut di masa pemerintahan Tumanurung yang datang di wilayah yang menjadi cikal-bakal Kabupaten Maros ini. Karaeng Loe ri Pakere hadir dalam kondisi masyarakat yang tak menentu, masyarakat masa itu tidak lagi mau mendengar perkataan dan perintah pemimpin yang ada, hukum tak dapat ditegakkan dan aturan banyak dilanggar. Masa ini disebut jaman sikanre-bale atau 'saling memangsa'. Pada Masa itu, tanaman juga tak membuahkan hasil, hujan turun terus menerus diiringi gemuruh yang terjadi dalam tujuh hari tujuh malam. Namun tiba-tiba muncul sebuah istana yang oleh masyarakat disebut Saoraja berdiri di tengah-tengah bidang tanah di Pakere. Bersamaan dengan itu terlihat pula seseorang yang duduk di depan tangga istana itu. Mendengar hal ini, orang-orang pun berdatangan memberi penghormatan, lalu mengangkatTumanurung ini menjadi pemimpin dan diberi gelar Karaeng Loe ri Pakere. Sejak itu tanaman pun tumbuh dengan subur dan membuahkan hasil melimpah. Dalam pemimpin, Karaeng Loe ri Pakere senantiasa membangkitkan eksistensi kerajaan dalam mengemban amanah rakyat. Terutama dalam memposisikan Kerajaan Marusu' sebagai daerah berpemerintahan kuat dan disegani. Keadaan rakyat pun hidup aman, damai dan sejahtera, lahir-bahtin, karenanya daerah ini disebut butta salewangang . |
Versi lain tentang penamaan Maros adalah berasal dari kata “Ma’roso”, yaitu nama seorang pemilik kedai di tengah daerah Marusu. Konon kedai ini banyak disinggahi kafilah dari dan ke Bone – Gowa dan jika mereka membuat suatu perjanjian untuk bertemu, disebut di “Maroso” sehingga lama kelamaan nama Ma’roso populer dan menjadi nama suatu daerah yang selanjutnya berubah menjadi Maros. (M Farid W Makkulau) |
Selain versi diatas, ada pula yang menyebutkan bahwa kata “Marusu” berasal dari Makassar, “Rusung”, atau Bugis, “Marusung” yang artinya suatu keadaan yang sederhana, baik individu maupun sebagai sebuah kelompok masyarakat. Jika kata tersebut disebut berulang, “A’rusung-rusung” atau “Marusung – rusung” maka kata itu menunjukkan seseroang yang mempunyai keahlian atau kelebihan dalam membawakan diri, baik menyangkut kepentingan pribadi maupun kepentingan masyarakat serta tidak mengenal kata mundur sebelum mencapai tujuannya. Tentu penamaan ini menunjukkan hubungan sikap kepemimpinan masa lampau yang telah diletakkan dalam dasar pemerintahan Karaeng Marusu’. |
0 comments:
Post a Comment
Silahkan Kirim Komentar Anda Mengenai Artikel Diatas